Karya Guru

Eksistensi Santri dalam mewujudkan Perdamaian Dunia

Oleh: Mochammad Ricky Rifa’i, S.Pd

Di tengah derasnya arus globalisasi, persoalan santri menjadi pokok bahasan yang sangat penting terutama dalam masalah perdamaian dunia.
Ditinjau dari segi bahasanya, makna santri dimaknai sebagai seseorang yang menuntut ilmu di bawah asuhan seorang kyai atau ulama yang bertempat tinggal di pondok pesantren.


Di era milenial ini, santri dituntut selektif memilih dan menentukan guru yang dapat mengarahkan pada kebaikan. Karena banyak guru, ustadz, kyai, dan yang lainnya tidak menampakkan ajaran islam yang moderat, bahkan cenderung intoleran terhadap umat agama lain lebih parah lagi mengajarkan radikalisme.


Santri bisa dikategorikan sebagai aktor non negara dalam hubungan internasional. Dalam hal ini, santri bisa memberikan pengaruh dalam kebijakan luar negeri suatu negara, sebagai alat untuk mengoptimalisasi kebijakan luar negeri, menyediakan informasi, dan membatasi perilaku negara. Lebih dari itu, akibat adanya revolusi teknologi, santri bisa membentuk suatu gerakan dengan santri yang berada di negara lain.


Santri sebagai gerakan yang dilatarbelakangi oleh agama memiliki potensi yang sangat besar untuk mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini sejalan dengan konsep agama sebagai “rahmatan lil ‘alamin”. Untuk mewujudkan dan menciptakan perdamaian dunia santri harus memiliki “power” dalam hubungan internasional.


Wujud dari power itu bisa berupa kemampuan intelektual dan spiritual yang baik, berpengetahuan luas, moral yang baik, dan public speaking yang baik. Dari wujud power itu, maka santri mampu memobilisasi masyarakat untuk melakukan aksi tertentu atau melakukan advokasi terhadap kebijakan tertentu.


Upaya mewujudkan perdamaian dunia dengan menjadikan santri dan pesantren sebagai pionernya. Pondok pesantren memiliki posisi cukup signifikan dalam wacana perdamaian dunia. Pesantren menjadi contoh pendidikan islam yang mampu menjadi ’’laboratorium perdamaian’’. Melalui kegiatan ini santri didorong untuk lebih berkiprah dalam kancah internasional dengan cara memproyeksikan nilai-nilai pendidikan islam yang moderat dan toleran ke masyarakat internasional demi terwujudnya perdamaian dunia.


Untuk mewujudkan perdamaian dunia, santri harus memiliki konsep orientasi santri antara lain :

  1. Santri dituntut untuk belajar ilmu agama secara menyeluruh di samping mempelajari ilmu sosial. Pendidikan utama yang dibutuhkan oleh generasi muda adalah pendidikan mental agama yang kuat.
  2. Santri dituntut bisa memenuhi kebutuhan pendidikan yang ada dan sesuai dengan masyarakat, santri dituntut untuk berpotensi dan mengembangkan kreativitas. Jadi pesantren dituntut untuk memberikan terobosan-terobosan baru untuk mengimbangi kemajuan teknologi yang ada.
  3. Santri memiliki tujuan yakni membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran agama islam dan mengamalkannya sehingga bermanfaat bagi agama dan bangsa.
  4. Santri harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan daya nalar yang kritis dalam menyikapi persoalan yang ada terutama dalam isu perdamaian dunia.

*Staf pegajar MTs Miftahul Ulum Al-Azizah

Ditulis dari berbagai sumber dan gambar diambil dari google

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *